Memilih indikator teknikal adalah bentuk pencarian jati diri bagi seorang trader. Bagi trader pemula, mencari indikator teknikal adalah hal yang seru untuk dilakukan.
Dalam kondisi menggebu-gebu dan rasa ingin tahu tinggi, mereka tidak
akan segan bereksperimen dengan berbagai indikator yang ada.
Memilih indikator teknikal tepat tidak lepas dari keinginan utama trader untuk masuk pasar di situasi yang tepat, contohnya masuk sesuai dengan trend yang ada saat ini, bukan malah melawan trend.

Seorang trader wajib melakukan entry berlandaskan analisa dan sistem trading yang digunakan. Jadi tidak boleh asal entry di pasar tanpa adanya alasan yang kuat. Jika dasar yang digunakan untuk entry adalah analisa teknikal,
maka memilih indikator teknikal adalah hal yang penting dilakukan.
Pertanyaannya, bagaimana cara memilih indikator teknikal paling tepat?
Semua akan dibahas secara lengkap melalui penjelasan di bawah ini.
Kenapa Tidak Boleh Asal Open Posisi?
Kurangnya riset dan tidak adanya keinginan belajar membuat banyak
trader melakukan entry secara asal-asalan atau mengira-ngira saja. Hal
ini kerap terjadi pada trader baru yang benar-benar masih pemula dan
tidak paham satu indikator pun. Lucunya lagi, mereka bahkan tidak tahu
kalau chart itu bisa diubah menjadi Candlestick. Mereka melihat
pergerakan chart dalam bentuk yang masih garis. Kurangnya pengetahuan
tentang tipe chart ini menandakan bahwa masih banyak yang harus
dipelajari oleh para pemula.
Perlu diketahui bahwa cara open position yang asal tebak seperti itu sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan hasilnya.
Di sinilah seorang trader perlu untuk memahami indikator dan
masing-masing fungsinya. Namun kemudian, satu masalah kembali mencuat:
saking banyaknya indikator yang tersedia dan perlu dipahami, beberapa
trader malah kebingungan memilih indikator teknikal mana yang harus
dipakai.
Tips Memilih Indikator Teknikal Andalan
Banyak yang kemudian bertanya ke teman-teman trader senior, indikator
apa saja yang biasa mereka pakai. Namun hal tersebut tidak
menyelesaikan masalah, karena asing-masing trader memilih indikator
teknikal andalan yang berbeda-beda. Jadi makin bingung, kan? Lalu
sebenarnya apa indikator yang paling baik?
Berikut ada beberapa saran yang bisa Anda ikuti dalam memilih indikator teknikal yang digunakan sebagai bahan analisa trading:
1. Pahami Plus Minus Tiap-Tiap Indikator
Pertama-tama, perlu dipahami bahwa Anda salah besar jika menganggap indikator bisa meningkatkan persentase profit. Yang tepat, indikator hanya berfungsi membantu trader mengidentifikasi arah trend yang sedang berlangsung saat ini. Jadi jangan harap ada indikator yang paling sempurna atau paling hebat dibandingkan yang lain.

Setiap indikator memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.
Karena itu, gunakanlah waktu luang Anda untuk menelaah sendiri
masing-masing keunggulan dan kelemahan dari indikator-indikator
tersebut. Anda bisa melakukannya di hari libur pasar yakni Sabtu-Minggu,
atau bisa juga mencari celah free time saat bersantai di rumah.
Secanggih dan seakurat apapun suatu indikator teknikal, mereka tidak akan mampu meramalkan kemana harga akan bergerak selanjutnya. Risiko fake signal (sinyal palsu) tetap akan membayangi Anda meski menggunakan indikator jenis apapun.
2. Pilihlah Kombinasi Indikator Yang Tepat
Indikator pun terbagi menjadi beberapa fungsi, ada indikator untuk
mengamati trend, ada pula untuk melihat momentum, dan ada yang untuk
mengetahui Support Resistance.
Jadi bagi Anda yang ingin memilih indikator teknikal secara tepat,
alangkah baiknya jika memilih 3 indikator yang masing-masing menggambarkan trend, momentum, dan Support Resistance tersebut.
Pilihan indikator yang menggambarkan trend antara lain Moving
Average dan Parabolic SAR. Untuk indikator tipe momentum, ada MACD (Moving Average Convergence Divergence), RSI (Relative Strength Index), ADX (Average Directional Movement Index), dan W%R (William Percent Range). Lalu untuk patokan Support dan Resistance, silahkan memakai perhitungan Pivot Point dan Fibonacci Retracement.
Ramuan dari ketiga indikator di atas setidaknya bisa dijadikan pedoman untuk mendapatkan gambaran tentang arah pergerakan chart, kekuatan dari sebuah trend, dan level penting yang bisa menjadi batasan-batasan pergerakan harga.
Contoh gabungan dari ketiga indikator di atas kurang lebih tampak sebagai berikut:

Pada chart EUR/USD
TF 4H di atas, terdapat 3 indikator (ditandai dengan garis warna hijau
muda), yaitu Parabolic SAR, William Percentage Range, dan Fibonacci
Retracement. Informasi apakah yang bisa didapatkan dari 3 indikator di
atas?
Pertama, melalui indikator Parabolic SAR, Anda bisa melihat adanya titik bulat di bagian atas chart dan bawah chart.
Munculnya titik di bagian atas chart menandakan pasar dalam kondisi
downtrend. Sebaliknya, munculnya titik di bagian bawah chart menandakan
pasar dalam kondisi uptrend. Pada gambar di atas, tampak titik terakhir
muncul pada bagian atas, yang menandakan bahwa trend saat ini adalah
Bearish.
Kedua, dari indikator W%R, Anda bisa menentukan momentum yang terjadi di pasar, apakah sedang overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual). Pada gambar di atas, pasar terlihat dalam kondisi oversold,
ditandai dengan garis yang terdapat di bagian pojok kanan bawah
menyentuh level W%R -80 hingga -100. Ini bisa menjadi isyarat bagi
trader untuk melakukan entry Buy karena harga sudah masuk di titik oversold-nya.
Ketiga, nampak garis Fibonacci Retracement
ditarik dari Low terendah ke High tertinggi pada chart. Dari sinilah
trader bisa menemukan batas Support dan Resistance harga saat ini. Pada
gambar di atas, setelah ditarik garis Fibonacci, terlihat titik Support
terdekat berada pada area 50.0%, sedangkan titik Resistance terdekat
berada pada level 23.6%.
Dari pembacaan di atas, dapat disimpulkan bahwa meskipun trend harga
sedang turun, tapi momentumnya justru sudah jenuh jual. Ini artinya,
harga masih memiliki kekuatan untuk naik ke atas. Anda bisa mencari
peluang buy ketika harga sudah terkonfirmasi memantul dari level
Fibonacci 50.0%.
3. Lakukan Backtest Untuk Menguji Indikator
Saat memasang suatu indikator pada chart trading, parameter yang muncul pada indikator tersebut adalah parameter default.
Contohnya jika Anda menggunakan indikator Stochastic, maka parameter
standarnya adalah 5,3,3. Lalu untuk indikator RSI, parameter default-nya adalah 14. Di sini, Anda bebas menggunakan parameter default tersebut, atau Anda bisa mengubah parameternya sesuai kebutuhan. Supaya bisa menemukan parameter indikator yang ideal, Anda bisa melakukan Backtest.
Pertama, set terlebih dahulu berapa angka parameter yang diinginkan.
Kemudian, lakukan Backtest sebanyak 200 kali trading. Jika 150 trading loss dan 50 lainnya profit, maka Win-to-Loss Ratio Anda adalah 25:75. Anda bisa mempertimbangkan untuk set parameter indikator tersebut di angka lainnya, sampai menemukan Win-to-Loss Ratio yang diinginkan.
4. Pilih Indikator Alternatif Selain Bawaan Metarader
Bank Indikator merupakan surganya para teknikalis untuk memilih indikator teknikal unik yang tidak ada di MetaTrader 4. Silahkan melakukan riset sebanyak mungkin di bank indikator tersebut supaya menemukan indikator yang sesuai dengan setup trading Anda.
Memilih indikator teknikal unik yang menurut Anda potensial
sebenarnya boleh-boleh saja. Asalkan indikator tersebut benar-benar
sudah teruji dan bisa membantu Anda meraih profit yang diinginkan. Yang
terpenting, kunci sukses dalam trading tidak terletak pada indikator apa yang Anda gunakan, tapi tentang bagaimana kemampuan Anda untuk memanfaatkan indikator tersebut secara maksimal.
Akhir Kata
Itulah beberapa saran yang bisa Anda lakukan saat memilih indikator
teknikal. Sekali lagi, semua indikator pada hakikatnya sama baiknya,
yang terpenting adalah bagaimana pemahaman Anda mengenai indikator
tersebut. Tentu mempelajari indikator memerlukan ketelatenan tersendiri.
Tapi selama Anda enjoy melakukannya, semua akan terasa seru dan mengasyikan. Trading forex itu sebetulnya seru, kok.
Tak perlu berlama-lama lagi, segeralah memilih indikator teknikal
yang sesuai dengan gaya trading Anda. Jika sudah menemukannya, jangan
bersuka hati dulu. Masih ada satu PR yang harus dilakukan, yakni
menggunakan indikator tersebut sesuai pedoman yang tepat. Untuk itu,
silahkan mempelajarinya melalui artikel kami berjudul 10 Acuan Menggunakan Indikator Teknikal Dari Barbara Rockefeller.